Bahaya Tersembunyi PFAS dalam Produk Sehari-hari
Dalam kehidupan modern yang serba praktis, kita kerap menggunakan berbagai produk rumah tangga tanpa menyadari risiko tersembunyi di baliknya. Salah satu ancaman kimia yang kini menjadi sorotan global adalah PFAS (Per- and Polyfluoroalkyl Substances), kelompok senyawa sintetis yang dikenal dengan julukan “forever chemicals” karena sangat sulit terurai secara alami. Artikel ini mengulas ancaman dari senyawa ini dan memperkenalkan metode mutakhir untuk mendeteksinya secara akurat.
Apa Itu PFAS dan Kenapa Sulit Diurai?
PFAS atau per- and polyfluoroalkyl substances sering disebut “forever chemicals” karena sifatnya yang sangat stabil. Zat ini tidak mudah terurai dan umum ditemukan dalam berbagai produk rumah tangga seperti jaket tahan air, kemasan makanan, dan bahan tekstil.
Senyawa ini memiliki ikatan karbon-fluor yang sangat kuat, membuatnya resisten terhadap proses peluruhan alami. Stabilitas ini menjadikan zat tersebut tersebar luas di lingkungan dan bisa bertahan lama dalam tubuh manusia. Karena sifat inilah, zat ini disebut sebagai bahan kimia abadi.
Produk Sehari-hari yang Berisiko Mengandung PFAS
Zat ini banyak dimanfaatkan karena sifatnya yang tahan terhadap air dan minyak. Akibatnya, berbagai produk mengandung zat ini secara tidak disadari, di antaranya:
-
Jaket dan tekstil tahan air
-
Kemasan makanan khususnya kantong popcorn microwave
-
Busa pemadam kebakaran, pestisida, dan alat masak
Laporan tahun 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 90% sampel dari pasar Indonesia positif mengandung zat berbahaya ini, termasuk tekstil dan kemasan berbahan kertas.
Dampak Kesehatan dan Lingkungan
Dampak Kesehatan
Paparan zat ini ditemukan dapat memicu berbagai gangguan serius, seperti kerusakan hati, gangguan imun, hormon, dan bahkan kanker. Kontaminasi bisa terjadi melalui kontak langsung atau migrasi dari makanan yang terbungkus kemasan tahan minyak.
Dampak Cemaran Lingkungan
Zat ini dapat mencemari tanah dan air. Studi di Thailand menunjukkan senyawa ini bisa terlepas dari tekstil saat dicuci. Bahkan, simpanan tekstil selama bertahun-tahun di tempat tertutup bisa memicu konversi kimia menjadi bentuk yang lebih berbahaya.
Regulasi Internasional dan Perkembangan di Indonesia
Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mengambil langkah tegas dalam membatasi penggunaan PFAS dan turunanannya melalui regulasi yang ketat. Misalnya di negara bagian Amerika telah melarang PFAS dalam kelompok produk tertentu termasuk kemasan makanan, busa pemadam kebakaran, dan produk perawatan pribadi terhadap produk konsumen, dan tekstil. Beberapa negara Eropa juga telah memberlakukan batasan aman misalnya 0,1 µg/L PFAS di air minum Jerman.
Hasil survei di Indonesia menunjukkan 56 senyawa PFAS terdeteksi dalam berbagai produk, dengan banyak yang melebihi Batasan. Sejumlah regulasi sektoral di indonesia sudah mulai muncul, namun pemantauan dan pengujian masih terbatas. Penelitian menunjukkan berbagai produk lokal mengandung senyawa ini melebihi ambang aman, yang menegaskan perlunya peningkatan kemampuan laboratorium nasional.
Solusi Deteksi PFAS Akurat dengan Teknologi CIC
Teknologi Combustion Ion Chromatography (CIC) hadir sebagai solusi alternatif dan pelengkap untuk mendeteksi Adsorbable Organic Fluorine (AOF) dan Adsorbable Organic Halides (AOX) dari berbagai jenis sampel air (limbah, air tanah, air permukaan dan tekstil). Melalui proses pembakaran senyawa organik dan analisis ionik, CIC memungkinkan pengukuran total fluor dalam bentuk ionik yang mewakili keberadaan PFAS, termasuk senyawa-senyawa yang tidak terdeteksi dengan metode targeted.
CIC terbukti memberikan akurasi tinggi, waktu analisis lebih cepat, dan otomatisasi yang efisien. Dalam pengujian, metode ini mampu mendeteksi dan memulihkan senyawa seperti PFBS dan 4-FBA dengan tingkat akurasi 85% hingga 127% di berbagai jenis sampel. Dengan demikian, CIC sangat ideal sebagai metode prescreening untuk mengidentifikasi sampel yang patut dianalisis lebih lanjut menggunakan teknik resolusi tinggi
Keunggulan Teknologi dari SHINE
Combustion Ion Chromatography (CIC) adalah teknologi canggih untuk mendeteksi kandungan total fluor dari senyawa organik dalam berbagai jenis sampel (air, tanah, tekstil). Prosesnya melibatkan pembakaran suhu tinggi dan analisis ionik secara akurat. CIC mampu mengukur parameter “total organic fluorine” (TOF/AOF/EOF), sebagai indikator keseluruhan kandungan PFAS. Metode ini menggunakan pembakaran pada suhu tinggi (> 950 °C) untuk mengolah senyawa fluor menjadi fluorida yang terukur akurat oleh IC. Studi ilmiah menunjukkan CIC efektif mendeteksi variasi chain PFAS (C4–C12) secara konsisten di berbagai matriks seperti air, darah, dan biosolid.
Keunggulan CIC3200 SHINE
- Temperatur pembakaran tinggi hingga 1200°C dengan sistem pemanas 5-tahap yang stabil
-
Autosampler dengan 50 posisi (untuk padatan, cairan kental, non-volatil)
-
Enrichment & pemusatan target: meningkatkan sensitivitas deteksi senyawa jejak
-
Mampu mendeteksi secara akurat senyawa AOF, AOX, dan TOF
-
Pengoperasian otomatis 24 jam dengan fitur timer dan software intuitif
-
Tingkat residu sangat rendah (<0.4%), bahkan setelah pengujian sampel berkadar tinggi
-
Akurasi tinggi dengan RSD ≤ 2%
-
Mendukung berbagai standar global: EPA 1621, EPA 533, ISO 21675, ASTM D8247, EN 17813, dan lainnya
Kesimpulan
PFAS adalah ancaman tersembunyi dari produk sehari-hari yang memerlukan deteksi presisi. Paparan zat berbahaya ini dalam kehidupan sehari-hari sangat mengkhawatirkan. Teknologi CIC dari SHINE menjadi solusi deteksi modern yang memungkinkan laboratorium melakukan identifikasi dengan akurasi tinggi.
Combustion Ion Chromatography dari SHINE adalah teknologi unggulan dengan akurasi dan efisiensi tinggi untuk mendeteksi TOF sebagai indikator PFAS.
Lichem Center Indonesia menyediakan alat Combustion Ion Chromatography dari SHINE, lengkap dengan pelatihan dan dukungan teknis.