Apa itu PFAS? Mengenal Senyawa Kimia Abadi (Forever Chemicals) yang Terdapat dalam Berbagai Produk Tahan Air
Apa itu PFAS??
Apakah kamu pernah dengar istilah “forever chemicals“? Kalo pernah dengar, kemungkinan besar kamu sedang membahas PFAS.
Apa itu PFAS atau Forever Chemicals?
PFAS atau per- and polyfluoroalkyl substances yang seringkali dikenal sebagai Bahan Kimia Abadi atau forever chemicals. Disebut “forever chemicals” karena ikatan karbon-fluor dalam struktur kimianya yang kuat dan sangat stabil menjadikannya senyawa yang resisten terhadap air, minyak dan panas.
Bahan kimia ini banyak digunakan di sekitar kita, mulai dari wajan anti lengket, wadah makanan, hingga busa pemadam kebakaran. Tapi sayangnya, sifatnya yang resisten dan sangat sulit terurai di alam bisa berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan. Karena sifatnya yang “abadi”, PFAS bisa menumpuk di air, tanah, dan bahkan rantai makanan.
Baca juga artikel Bahaya PFAS dalam Produk Sehari-Hari
Studi Global dan Temuan PFAS dalam Produk Sehari-hari
Seiring meningkatnya perhatian terhadap dampak jangka panjang dari per- and polyfluoroalkyl substances (PFAS), berbagai organisasi lingkungan internasional dan nasional seperti IPEN (International Pollutants Elimination Network) dan Nexus3 Foundation Indonesia telah melakukan serangkaian penelitian untuk mengukur seberapa dalam zat ini telah meresap ke dalam kehidupan manusia.
PFAS di Produk Tekstil, Kemasan, dan Produk Sehari-hari
Dalam studi terbaru yang dilakukan oleh IPEN bersama Nexus3, sebanyak 33 sampel produk yang umum dijumpai di pasaran Indonesia dikumpulkan dan dianalisis, mencakup kategori seperti pakaian, tekstil rumah tangga, kemasan makanan, serta produk pelindung tubuh dan tangan. Pengujian ini menggunakan metode Analisis Fluorin Organik Total (TOF) yang memberikan gambaran keseluruhan mengenai keberadaan senyawa berbasis fluor (indikator kuat untuk keberadaan PFAS).
Hasilnya sangat mencengangkan: 93% dari produk yang diuji mengandung PFAS, menunjukkan prevalensi penggunaan bahan kimia ini secara luas bahkan pada produk yang digunakan setiap hari.
Temuan Signifikan: Melebihi Batas Aman Internasional
Nexus dan IPEN dalam publikasinya menemukan berbagai produk sehari-hari yang ditemukan kandungan PFAS melebih ambang batas. Berbagai produk tersebut di
1. Sarung tangan anti-air
Salah satu sampel sarung tangan yang berlabel “waterproof” menunjukkan kandungan fluor organik total mencapai 4.398 mg/kg, yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan nilai referensi internasional yang umumnya merekomendasikan di bawah 100 mg/kg untuk bahan fluor organik pada produk tekstil.
2. Hijab tahan air
Sebuah hijab dengan label “anti air” yang dipasarkan untuk anak-anak dan dewasa menunjukkan kandungan 1.010 mg/kg fluor organik, yang berarti penggunaannya dapat menyebabkan paparan langsung melalui kulit atau keringat, terutama saat cuaca panas.
3. Kantong popcorn microwave
Produk kantong popcorn dari merek internasional yang dijual di Indonesia menunjukkan adanya 2.877 mg/kg fluor organik, yang merupakan indikasi penggunaan lapisan PFAS untuk ketahanan terhadap minyak panas. Padahal, di Eropa, penggunaan PFAS dalam kemasan makanan seperti ini telah dilarang karena risiko migrasi senyawa ke makanan saat dipanaskan.
4. Pembungkus makanan cepat saji & baking paper
Kandungan PFAS juga ditemukan pada kertas pembungkus makanan dan baking paper, menunjukkan bahwa bahkan makanan sehari-hari bisa menjadi media masuknya zat berbahaya ini ke dalam tubuh manusia.
Studi Global Lain yang Mendukung Temuan Ini
IPEN bersama organisasi mitra di berbagai negara telah mengulang studi serupa di 13 negara lainnya di Asia, Eropa, dan Afrika. Di hampir semua studi tersebut, ditemukan bahwa PFAS digunakan luas tanpa pengungkapan kepada konsumen. Pengujian ini memperkuat argumen bahwa PFAS adalah ancaman global yang tersembunyi di balik label “tahan air”, “anti noda”, atau “non-stick”.
Implikasi Regulasi dan Kesadaran di Indonesia
Berbeda dengan Eropa dan Amerika Serikat yang telah mulai melarang penggunaan PFAS tertentu seperti PFOA dan PFOS, Indonesia masih belum memiliki regulasi yang secara eksplisit membatasi atau mengatur kandungan PFAS dalam produk. Minimnya transparansi dari produsen dan belum adanya standar nasional untuk pengujian PFAS memperburuk situasi. Padahal, risiko kesehatan yang ditimbulkan—mulai dari kanker, gangguan hormonal, kerusakan organ, hingga gangguan pertumbuhan pada anak—sangat signifikan dan terbukti secara ilmiah.
Kesimpulan
Studi-studi yang dilakukan oleh Nexus3 dan IPEN secara komprehensif membuktikan bahwa penggunaan PFAS pada produk sehari-hari di Indonesia sangat meluas dan sering kali melebihi ambang batas aman internasional. Temuan ini tidak hanya menyoroti celah dalam regulasi, tetapi juga menunjukkan perlunya kesadaran konsumen, edukasi industri, dan deteksi laboratorium sebagai bentuk tanggung jawab kolektif. Mengingat sifat PFAS yang persisten dan akumulatif, Indonesia perlu segera mengambil langkah konkret untuk memantau, mengendalikan, dan pada akhirnya menghentikan penggunaan senyawa kimia ini demi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Tingkatkan Pengukuran PFAS dengan Pengukuran Cepat CIC
Gunakan Combustion Ion Chromatography (CIC) untuk deteksi Total Organic Fluorine secara efisien, akurat, dan sesuai standar internasional.
?Hubungi kami untuk konsultasi lebih lanjut!
Sourches :
https://ipen.org/sites/default/files/documents/100523_bah_pfas_in_products_indonesia_final.pdf