Cara Melakukan Verifikasi Metode Uji Berdasarkan Pedoman NATA
Verifikasi metode uji merupakan proses penting dalam sistem manajemen mutu laboratorium yang mengacu pada ISO/IEC 17025 : 2017. Meskipun metode yang digunakan berasal dari standar internasional yang telah tervalidasi, laboratorium tetap wajib membuktikan bahwa metode tersebut dapat digunakan secara andal dalam kondisi aktual mereka sendiri. Artikel ini mengulas secara sistematis bagaimana cara melakukan verifikasi metode uji serta parameter teknis yang perlu diperhatikan.
Apa Itu Verifikasi Metode Uji?
Verifikasi metode uji adalah proses sistematis yang dilakukan untuk memastikan bahwa laboratorium mampu menerapkan metode uji yang telah tervalidasi secara umum (misalnya metode ISO, SNI, AOAC, APHA, USEPA, dll) di lingkungan kerja mereka. Proses ini memastikan bahwa hasil uji yang dihasilkan akurat, presisi, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Berbeda dengan validasi yang digunakan untuk metode baru atau modifikasi, verifikasi dilakukan terhadap metode standar yang belum pernah diterapkan sebelumnya di laboratorium tersebut.
Tujuan Verifikasi Metode Uji
-
Memastikan metode dapat diterapkan secara teknis di laboratorium
-
Membuktikan hasil uji dapat ditelusuri dan valid
-
Menjamin metode cocok digunakan untuk jenis sampel dan matriks uji yang ditetapkan
-
Menunjukkan kesesuaian metode saat audit atau proses akreditasi
Kapan Verifikasi Harus Dilakukan?
Verifikasi metode uji harus dilakukan ketika :
-
Laboratorium menggunakan metode standar untuk pertama kalinya
-
Metode digunakan untuk matriks yang berbeda dari spesifikasinya
-
Terjadi perubahan signifikan pada alat, bahan, atau personel
-
Permintaan pelanggan atau auditor mengharuskan pembuktian teknis
-
Ada ketidaksesuaian atau hasil analisis yang tidak konsisten
Langkah-Langkah Melakukan Verifikasi Metode Uji
Berikut tahapan sistematis dalam melakukan verifikasi metode uji di laboratorium :
1. Identifikasi Metode dan Ruang Lingkup
Tentukan metode mana yang akan diverifikasi dan untuk tujuan analisis apa metode tersebut digunakan. Pastikan bahwa tujuan analisis, parameter target, serta jenis sampel sesuai dengan cakupan metode.
2. Tentukan Parameter Kinerja yang Harus Diuji
Laboratorium wajib menguji beberapa parameter utama dalam melakukan verifikasi metode uji diantaranya :
Presisi (repeatabilitas)
Presisi adalah ukuran sejauh mana hasil-hasil pengujian yang diperoleh dalam kondisi yang hampir sama menunjukkan kesesuaian satu sama lain.
Repeatabilitas adalah jenis presisi yang diukur ketika:
-
Pengujian dilakukan oleh analis yang sama
-
Menggunakan peralatan yang sama
-
Dalam waktu yang berdekatan
-
Terhadap sampel homogen yang samaAkurasi (bias)
Presisi biasanya dinyatakan dalam bentuk %RSD (Relative Standard Deviation). Nilai %RSD yang rendah menunjukkan bahwa hasil uji konsisten, sedangkan %RSD tinggi menunjukkan adanya variasi yang perlu dievaluasi.
Contoh: Untuk metode analisis kimia, presisi yang baik biasanya memiliki RSD < 5%
Akurasi (Bias)
Akurasi menunjukkan seberapa dekat hasil uji terhadap nilai sebenarnya atau nilai referensi sedangkan bias adalah perbedaan sistematis antara nilai hasil uji dengan nilai benar (true value).
Akurasi dapat dievaluasi dengan:
-
Menggunakan bahan acuan tersertifikasi (CRM)
-
Menggunakan metode pembanding yang sudah tervalidasi
-
Menggunakan recovery dari spike yang diketahui konsentrasinya
Jika bias besar, hasil uji akan menyimpang secara tetap dari nilai sebenarnya, meskipun presisi bagus.
Recovery
Recovery adalah ukuran kemampuan metode dalam mendeteksi dan mengukur kembali analit yang telah ditambahkan (spike) ke dalam sampel.
Uji recovery dilakukan dengan cara:
-
Menambahkan (menyuntikkan) analit dalam jumlah tertentu ke dalam matriks sampel
-
Menganalisis konsentrasi hasil setelah proses analitik (preparasi hingga pengukuran)
-
Menghitung persentase perolehan kembali (hasil vs spike)
Rumus :
%Recovery = (Hasil yang diukur / Jumlah spike yang ditambahkan) × 100%
Rentang %Recovery yang dapat diterima tergantung jenis analit dan kompleksitas matriks, namun umumnya berkisar antara 80–120%.
Linieritas dan Rentang Kerja
Linieritas adalah sejauh mana respons instrumen (misalnya absorbansi, peak area) sebanding secara proporsional terhadap konsentrasi analit dalam rentang tertentu.
Evaluasi linieritas dilakukan dengan:
-
Menyusun larutan standar pada beberapa tingkat konsentrasi
-
Merekam respons alat untuk masing-masing larutan
-
Membuat kurva kalibrasi dan menghitung R² (koefisien determinasi)
R² mendekati 1 (biasanya ≥ 0.998) menunjukkan hubungan linier yang baik.
Rentang kerja (working range) adalah rentang konsentrasi di mana metode dapat diterapkan dengan akurasi dan presisi yang memadai.
Limit of Detection (LoD) dan Limit of Quantification (LoQ)
-
LoD adalah konsentrasi analit terendah yang masih dapat dideteksi tetapi belum bisa dikuantifikasi dengan ketepatan yang memadai
-
LoQ adalah konsentrasi terendah yang dapat dikuantifikasi dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima
Beberapa cara umum untuk menentukan LoD dan LoQ:
-
Signal-to-noise ratio: LoD = S/N = 3; LoQ = S/N = 10
-
Berdasarkan standar deviasi blanko dan slope kurva kalibrasi:
LoD = 3 × σblanko / slope
LoQ = 10 × σblanko / slope
Selektivitas / Spesifisitas
Selektivitas adalah kemampuan metode untuk membedakan analit target dari komponen lain dalam matriks yang bisa mengganggu pengukuran.
Spesifisitas adalah bentuk selektivitas ekstrem: hanya analit target yang memberikan respons, tanpa pengaruh dari zat lain.
Uji selektivitas dilakukan dengan:
- Menggunakan sampel matriks kompleks
- Menambahkan campuran zat pengganggu (interferen)
- Mengevaluasi apakah metode masih bisa mendeteksi analit tanpa gangguan
- Selektivitas sangat penting pada matriks kompleks seperti air limbah, tanah, makanan, atau produk farmasi.
Parameter-parameter ini menjadi dasar evaluasi kinerja metode dan menunjukkan apakah metode sesuai untuk digunakan.
3. Siapkan Alat, Bahan, dan Personel yang Kompeten
-
Pastikan semua peralatan telah dikalibrasi
-
Gunakan bahan acuan (CRM) jika tersedia
-
Libatkan analis yang kompeten sesuai bidang pengujian
4. Lakukan Uji Eksperimen
Lakukan pengujian sesuai metode, dan catat data hasil uji yang mencerminkan kondisi aktual laboratorium. Pendekatan yang umum digunakan:
-
Lakukan 6–10 kali pengulangan untuk presisi
-
Gunakan spike untuk recovery
-
Buat kurva kalibrasi untuk mengukur linieritas
-
Gunakan blanko dan sampel rendah untuk estimasi LoD dan LoQ
5. Evaluasi Hasil dan Bandingkan dengan Batas Penerimaan
Gunakan data statistik untuk mengevaluasi:
-
%RSD (Presisi)
-
%Recovery (Akurasi)
-
R² (Linieritas)
Bandingkan dengan kriteria acuan dari metode atau panduan validasi seperti AOAC, EURACHEM, atau dokumen panduan nasional.
6. Dokumentasi Hasil
Buat laporan verifikasi yang mencakup:
-
Tujuan dan ruang lingkup
-
Metode dan referensi
-
Alat dan bahan yang digunakan
-
Hasil pengujian dan evaluasi
-
Kesimpulan: layak atau tidak digunakan
Laporan ini menjadi bukti penting dalam proses akreditasi dan saat audit internal/eksternal.
Manfaat Verifikasi Metode Uji
Verifikasi metode uji memberikan sejumlah manfaat penting:
-
Memberikan kepercayaan terhadap hasil pengujian
-
Menurunkan risiko penolakan hasil oleh pelanggan atau auditor
-
Mendukung keterlacakan hasil ke standar acuan
-
Memenuhi klausul ISO/IEC 17025 secara teknis dan sistemik
-
Menjadi bukti kompetensi teknis laboratorium
Kesimpulan
Verifikasi metode uji bukan sekadar formalitas administratif, tetapi proses teknis yang wajib dilakukan untuk memastikan keandalan dan ketertelusuran hasil pengujian. Laboratorium yang melakukan verifikasi dengan sistematis dan terdokumentasi tidak hanya memenuhi syarat akreditasi, tetapi juga membangun integritas ilmiah dan kepercayaan pelanggan terhadap data yang dihasilkan.
Jika Anda membutuhkan training verifikasi metode uji, form evaluasi hasil, atau pendampingan dalam implementasi sistem mutu laboratorium berbasis ISO/IEC 17025:2017, tim Lichem Academy siap membantu Anda.